ANGGOTA DPR BUKAN WAKIL RAKYAT TAPI WAKIL PARTAI

Saya kira itu pemikiran yang sangat logis, kita sangat paham bagaimana proses pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di lakukan. Denan biaya yang tidak sedikit plus melibatkan seluruh element masyarakat baik yang miskin maupun yang kaya. Tetapi setelah mereka memperoleh kursi parlemen apa yang mereka lakukan ?

Mereka lupa bahwa ribuan orang yang telah memilihnya menunggu supaya anggota DPR yang mereka pilih bisa mewkili suara mereka. Mereka berharap agar hak-hak mereka bisa diperoleh melalui wakil mereka yang duduk di parlemen.

anggota-dpr-bukan-wakil-rakyat

Ternyata kenyataan berbicara lain, para anggota dewan yang biasa kita sebut dengan anggota DPR tidak mengakomodir harapan rakyat yang telah memilihnya. Untuk membuat sebuah keputusan mereka pasti hanya akan melihat kesepakatan partainya saja. Jadi mereka tidak memiliki pemikiran dan suara dari dalam diri sendiri, mereka hanyalah robot-robot atau antek-antek partai saja. Untuk menyatakan sikap pada suatu permasalahan mereka pasti akan berkiblat pada partai.

Berikut beberapa alinea kutipan pernyataan Zainur Rahman President BEM FMIPA UB 2014 di kompasiana (http://birokrasi.kompasiana.com/2012/09/08/betulkah-dpr-sebagai-wakil-rakyat-491749.html) :

Sudah tidak pantas lagi mereka (DPR) selalu dibangga-banggakan, dihormati, diagungkan, bahkan disebut Wakil Rakyat sekalipun. Benar sekali kalau dalam suatu kitab dijelaskan bahwa “setiap manusia nanti akan dibangkitkan sesuai amalnya selama di muka bumi dengan wajah dan bentuk tubuh yang berbeda”, dan bentuk tikus lah minimal untuk mereka (koruptor). Semuanya telah dikendalikan dengan dorongan hawa nafsu. Hanya di tangan para pemuda perubahan negeri ini akan menjadi lebih baik. Tentunya dimulai dari diri sendiri dan orang lain yang ada di sekitar kita.

Saat ini memang masih ada beberapa Anggota Dewan yang idealismenya masih kuat dalam memperjuangkan kebenaran, namun secara kuantitas masih kalah dengan para Anggota Dewan yang tiada henti-hentinya menindas rakyat sehingga wajar bila terkadang tidak dimunculkan di media. Karena media pun sekarang telah dikuasai oleh orang-orang yang berkepentingan dalam pencitraan partai politik maupun pribadinya masing-masing.

Oleh karena itu, penulis berharap kepada para DPR yang masih tetap istiqamah dalam menegakkan kebenaran, jangan sampai terpengaruh atau bahkan juga larut dalam lautan dan lingkran setan yang tak terkendalikan tersebut. Jangan karena hanya melihat ada DPR yang korupsi dan tindakan jorok lainnya malah dicontoh dan diikuti oleh DPR yang lain.

Rakyat sekarang merasa repot dan bingung siapa yang harus dijadikan contoh dan benar-benar sebagai Wakil Rakyat. Wajar jika anak muda sekarang ditanyakan, pekerjaan apa yang dapat mempercepat merubah nasib dari latar belakang biasa menjadi kaya raya dan waah, jawabannya satu yaitu masuk di partai politik dan menjadi wakil rakyat. Menjadi koruptor seakan sudah mendarah daging dalam mental negeri ini. Sungguh ngeri melihat realitas negeri ini. Semua sudah tergila-gila terhadap uang yang sebenarnya bukan menjadi haknya.

Sudah tidak pantas lagi mereka (DPR) selalu dibangga-banggakan, dihormati, diagungkan, bahkan disebut Wakil Rakyat sekalipun. Benar sekali kalau dalam suatu kitab dijelaskan bahwa “setiap manusia nanti akan dibangkitkan sesuai amalnya selama di muka bumi dengan wajah dan bentuk tubuh yang berbeda”, dan bentuk tikus lah minimal untuk mereka (koruptor). Semuanya telah dikendalikan dengan dorongan hawa nafsu. Hanya di tangan para pemuda perubahan negeri ini akan menjadi lebih baik. Tentunya dimulai dari diri sendiri dan orang lain yang ada di sekitar kita.

Jika hal ini dibiarkan, maka rantai lingkaran setan akan tetap melaju tanpa ada kendali dan kontrol baik dari internal maupun eksternal. Sistem demokrasi pun sedikit demi sedikit akan pincang disebabkan oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak konsisten. Namun satu saat penulis berharap Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang penuh dengan kejujuran, amanah dan muncul kesadaran bersama bahwa Indonesia bisa berubah. Tanpa harus dihiasi dengan korupsi, kolusi, nepotisme, suap dan kejahatan lainnya.

Ada lagi kutipan dari Indonesiaindonesa.com forum (http://indonesiaindonesia.com/f/101048-dpr-wakil-rakyat/) :

Anggota DPR RI Tidak Pro Rakyat silahkan berkomentar !!

  • emang iya.. hehehehehe
    jangan percaya ama mulut manis mereka di tv, ya
    salah bukti, ya yang mau bangun gedung baru
    woah.. 1 ruangan sampe 800 jeti??? itu kalo dibuat subsidi kesehatan dan pendidikan bisa 1000 orang ditanggung..
    gimana kalo 1,2 T yang dibuat subsidi kesehatan dan pendidikan bagi rakyat gak mampu? wah.. lumayan kan, buat bangun rumah untuk 1000 keluarga gak mampu?
    saya pribadi sih.. gak mau diwakilin mereka.. mending gak usah!!
    saya gak mau ngerepotin orang-orang yang ingin bersenang-senang itu.
  • sangat tidak memihak rakyat cuma memihak pada partai nya
  • gaji anggota DPR tu dah gedhe, kalo mereka pengin sesuatu setidaknya mereka beli dengan gaji mereka itu.
  • Kalau melihat kinerja DPR belakangan ini ga pernah ada tuh satupun yang kebijakan yang betul betul memihak rakyat(koreksi jika salah)
    Semuanya atas nama partai terlebih dahulu bukan nama rakyat indonesia atau minimal atas nama rakyat yang pernah memilih mereka
  • muak beneran sama DPR...pengen muntah rasanya...semua masyarakat dan LSM menentang pembangunan gedung baru tapi mereka tetap bergeming..padahal yg dipake adalah uang rakyat...gini nih klo udah pada putus urat malunya..klo besok2 ada reformasi jilid 2...tak saranin yg pertama di reformasi adalah DPR dan segala birokrasiny...
  • "DPR bukan Wakil Rakyat", Tepatnya adalah wakil partai

Terkait dengan sidang penetapan rancangan UU pilkada langsung dan tidak langsung, tidak melihat menang atau kalahnya foting anggota dewan (anggota DPR). Seharusnya mereka memutuskan suara foting bukan atas nama partai tetapi atas nama diri mereka sendiri yang bersumber dari suara pemilih mereka. Faktanya mereka lebih loyal pada kesepakatan/ keputusan partai daripada kehendak rakyat. Sehingga tercipta kubu Koalisi Merah Putih yang anggotanya pasti hanya akan mematuhi koalisi tersebut. Selanjutnya kekuatan Koalisi Merah Putih tercipta untuk menandingi kekuatan pemerintahan saja, karena koalisi merah putih tercipta sebagai bentuk kekecewaan atas kekalahan mereka dalam pilpres 2014.

Saya kembali teringat lagu Iwan Fals yang bejudul “Surat Buat Wakil Rakyat” yang ngetop pada tahun 90 an :

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana, di gedung DPR


Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman teman dekat
Apalagi sanak famili


Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan


Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam


Di kantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke


Saudara dipilih bukan dilotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam, juara he'eh, juara ha ha ha......


Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana, di gedung DPR


Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan


Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat


Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"

1 comment:

  1. Rakyat harus pinter bro, nyadar kalo nasibnya ya ditangannya sendiri. DPR, suka ga suka adalah hasil permainan demokrasi. Hasilnya buruk? Ya karena rakyatnya juga tak mengerti, tak peduli pada demokrasi. Padahal demokrasi, politik, itu hal nyata yang akan menentukan nasibnya sendiri. Nah, kalo nasibnya diserahkan sama preman, ya jangan salahkan dia kalo kena palak, kena rampok.
    Hari gini sudah tidak cukup, cuma menuntut dan mengkritik. Ambil peranan, ambil tanggungjawab sbg warga. Peduli pada proses demokrasi, Tentukan siapa yang akan memegang nasibmu !

    ReplyDelete